The Argument

Musik jazz mengalun lembut di pelataran teras gedung teater film. Simfoni yang menelusup dari speaker milik sebuah kafe mini bernama Dua Saja. Kafe yang hanya menyajikan dua menu: roti bakar coklat keju dan capuccino. Kafe ini adalah kesukaanku untuk menghabiskan waktu selepas perkuliahan atau menunggu jam pemutaran film dimulai. Di sinilah pertama kalinya aku bertemuLanjutkan membaca “The Argument”