Lelah Menunggu

Kamu pun pergi. Meninggalkan dahan pohon tempat kita berdua. Meninggalkanku sendiri di sini terluka. Kamu menyuruhku menunggu senja saja. Bukannya memperjuangkanmu untuk akhir yang bahagia. Ya, kamu memutuskan ikatan cinta di saat aku mempertanyakan kesetiaanmu. Ah, Rabona. Mengapa kamu tinggalkan demi bersama simpanse yang lain? “Kamu bau,” ucapmu singkat. “Ketekmu juga bau,” balasku. Dan kamuLanjutkan membaca “Lelah Menunggu”